Makanan Kaleng Tidak Sehat, Mitos atau Fakta ?
Di sepanjang hidup kita tentu pernah sesekali makan makanan kaleng. Baik itu berupa buah – buahan kaleng, daging kaleng, sosis, acar, susu dalam kemasan kaleng, dan lain sebagainya. Kita juga sering mendengar nasehat kalau makanan kaleng tidak baik bagi kesehatan. Apakah memang benar demikian, atau sekedar mitos atau fakta ? Dalam artikel kali ini akan dijelaskan lebih jauh mengenai apa itu makanan kaleng, kelebihan, dan kekurangannya.
Sejarah dan Asal Usul Makanan Kaleng
Dahulu, di saat perang dibutuhkan makanan yang tidak mudah rusak / basi untuk para prajurit. Pada tahun 1809, Nicolas Appert, orang Perancis, menemukan bahwa makanan yang dikemas dalam toples kaca dan disegel, ternyata bisa bertahan lama. Akan tetapi, kendalanya adalah toples kaca berat dan mudah pecah bila dibawa ke medan perang.
Teknik ini kemudian dikembangkan oleh Philippe de Girard dengan menggunakan kaleng berbahan timah. Sayangnya, teknik produksinya belum sempurna. Selain membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak sehingga biayanya menjadi mahal, proses produksinya pun sekitar 6 jam. Sehingga tentu ini menjadi kurang efisien dan membutuhkan waktu yang lama agar bisa diproduksi massal.
Pengemasan makanan menggunakan kaleng timah terus mengalami kemajuan hingga akhirnya mengalami booming permintaan saat meletusnya Perang Dunia I. Saat itu akhirnya produksi makanan kaleng sebagian sudah mulai menggunakan mesin dan waktu produksinya bisa dipercepat dari 6 jam hingga menjadi 30 menit saja. Biayanya pun menjadi jauh lebih murah.
Permintaan akan makanan kaleng melonjak drastis. Banyak negara membutuhkan makanan yang cepat saji, biaya murah, sekaligus cukup nutrisi untuk para prajuritnya saat kondisi perang. Makanan kaleng adalah satu – satunya alternatif yang ada dan juga ekonomis. Meskipun timah pada kaleng makanan bisa menyebabkan keracunan, tetapi saat itu belum ada penelitian ke arah sana. Yang penting cepat, aman, dan murah.
Penelitian dan pengembangan teknologi makanan kaleng terus berkembang hingga saat ini. Resiko kesehatan dan pertimbangan nutrisi, cara / teknik pengemasan, teknik produksi, material kemasan, dan lain – lain terus ditingkatkan.
Material Kemasan
Bahan dasar kemasan untuk makanan bermacam – macam mulai dari kaca, plastik, kertas, dan logam. Salah satu yang sering dipakai sebagai lapisan / pelapis kemasan adalah timah. Timah dikenal memiliki daya tahan tinggi terhadap korosi / karat, berwarna putih, dan cenderung lunak sehingga mudah dibentuk. Saat ini hampir semua kemasan kaleng makanan menggunakan lapisan timah.
Proses pengemasan menggunakan material timah juga terus diteliti dan disesuaikan. Ketebalan, jenis, standar mesin yang digunakan, standar kualitas, berat massa timah, bahkan hingga tingkat keasaman makanan yang dikemas, ikut diperhitungkan. Ini untuk menjaga agar kualitas, tekstur, rasa, dan nutrisi makanan yang dikemas bisa tetap stabil hingga bisa bertahan lama.
Pada tahun 1939 ditemukan makanan kaleng yang berasal dari tahun 1845. Setelah dibuka dan diteliti, isi dalamnya masih bagus, bisa dimakan, dan tetap bernutrisi meskipun telah berusia 90 tahun lebih.
Tingkat Nutrisi pada Makanan Kaleng
Kandungan gizi / nutrisi pada makanan kaleng mungkin ada yang berkurang akibat proses memasak, pengemasan, maupun lama penyimpanannya. Akan tetapi, riset membuktikan bahwa kandungan gizi pada makanan segar ( fresh food ) atau makanan beku juga bisa berkurang.
Dengan kata lain, baik makanan beku, makanan segar, maupun makanan kaleng, nilai gizinya akan sama atau berbeda – beda tergantung pada cara penyimpanan, pengemasan, dan proses memasaknya.
Yang Perlu Diperhatikan
Beberapa point yang perlu diperhatikan saat mengkonsumsi makanan kaleng :
- Makanan kaleng memiliki variasi makanan yang sama banyaknya dengan makanan segar maupun makanan beku. Hampir semua jenis makanan juga tersedia dalam kemasan kaleng.
- Karena bisa bertahan lama, jenis makanan yang seasonal ( musiman ) pun bisa dinikmati sepanjang tahun. Bahkan makanan yang ada diluar negeri atau yang jarang ada juga bisa dinikmati.
- Mungkin terdapat kandungan gula / garam yang agak berlebih saat proses produksinya, sehingga bagi penderita diabetes atau darah tinggi harus lebih berhati – hati saat mengkonsumsinya.
- Bacalah selalu kandungan / ingredients yang terdapat di dalamnya agar bisa mengetahui kandungan gizi maupun jumlah kalorinya.
- Sebelum dikemas, sudah dimasak terlebih dahulu. Jadi aman jika dimakan langsung. Hanya saja, memang sebaiknya tetap dimasak untuk mencegah adanya bakteri ( karena kaleng rusak atau salah penyimpanan ). Selain itu, jika dimasak / dihangatkan dulu tentu rasanya juga akan lebih enak.
- Jangan membeli atau mengkonsumsi jika kemasannya rusak, pesok, berlubang, atau terdapat karat. Sebaiknya dibuang untuk mencegah terjadi keracunan / penyakit.
- Selalu perhatikan tanggal / kode produksi atau tanggal pengemasan yang terdapat pada kemasan. Jika tidak tercantum atau tidak jelas, sebaiknya jangan dibeli.
- Jika sudah dibuka, sebaiknya langsung dihabiskan. Akan tetapi bila akan disimpan, pindahkan isinya ke dalam wadah container dan tutup dengan rapat. Simpan dalam kulkas / freezer.
- Saat dibuka, tetap perhatikan aroma, warna, maupun tekstur makanannya. Jika terasa amis, basi, atau terdapat perubahan warna / tekstur, jangan ragu untuk membuangnya. Meskipun secara kasat mata kondisi kemasannya dalam keadaan bagus tanpa cacat, bisa saja makanan yang terdapat didalamnya sudah terkontaminasi / rusak karena satu dan lain hal.
Kesimpulan
Dengan informasi diatas, sewajarnya kita tidak perlu khawatir berlebihan saat mengkonsumsi makanan kaleng. Teknologi dan perkembangan pangan saat ini sudah sangat maju dan memiliki banyak batasan dan undang – undang kesehatan yang harus dipenuhi.
Akan tetapi, walaupun lebih praktis dan harganya bisa lebih murah daripada makanan segar, sebaiknya konsumsinya tetap dibatasi. Ini karena banyak faktor yang mempengaruhi kualitasnya, seperti reputasi perusahaan / pabriknya, teknik produksi, kebersihan, kualitas material yang digunakan, teknik pengemasan, cara penyimpanan, dan lain sebagainya. Dan ini semua diluar kendali kita.
Jadi tetap utamakan mengkonsumsi makanan segar. Karena selain bisa diolah sendiri, tentu kesegaran rasanya juga lebih baik.
Asta Homeware
Better Home, Better Life
Leave a Reply